Assalamu’alaikum Wr Wb udah lama
engga nulis hehehe kali ini kita akan bahas masalah pangan di Indonesia so
selamat membaca yaaa..
Gemah Ripah Loh Jinawi Toto Tentrem
Karto Raharjo pernah engga dengar ungkapan itu ? ya begitulah gambaran keadaan
alam Indonesia kita. Gemah ripah loh jinawi berarti (kekayaan alam
yang berlimpah) sedangkan toto tentrem karto raharjo (keadaan yang
tenteram) tapi seakan makna itu telah
lama pergi dari Bumi Pertiwi. Masihkan alam kita kaya dan berlimpah seperti
dulu jika pun masih ada mungkin bukan milik rakyat Indonesia sepenuhnya bukan? masihkan
Indonesia kita aman dan tentram seperti dulu setelah di setiap daerah selalu
ada konflik agama,etnis atau bahkan malah para pemudanya sendiri yang menjadi
penerus bangsa terlibat tindak kriminal baik itu narkoba,pencurian,pembunuhan
dll. Tapi jika membahas alam Indonesia memang tidak akan ada habisnya kekayaan
yang begitu melimpah sampai Belanda menguasai kita selama 3.5 abad lamanya,tapi
kali ini kita akan mambahas masalah pangan di Indonesia yang mendapat predikat
sebagai negara agraris. Tentu kita tidak asing dengan nama beras “Pandan Wangi”
beras asal Cianjur ini begitu terkenal karena aroma dan rasanya. Tapi tahukah
kamu bahwa negara kita juga termasuk pengimpor beras terbesar why? katanya kita negara agraris tapi
kok beras aja masih kekurangan? Kurang produktifkah petani kita sendiri dalam
menghasilkan beras atau tanah kita yang memang sudah tidak ada lahan untuk
bertani karena begitu pesatnya pembangunan gedung-gedung sampai lahan bertani
semakin sedikit?.
Menurut data dari Worldatlas.com,Rabu (27/1/2015),lima
negara terbesar pengimpor beras mempengaruhi presentase 30 persen dari total
sikulasi perdagangan beras. Sementara negara lain yang masuk peringkat 10 besar
mampu mempengaruhi 50 persen dari total impor beras dunia. Penasaran kan
peringkat berapa negara kita nih data nya..
10. Malaysia dengan total volume
impor 1 juta ton
9. Senegal dengan total volume
impor 1,1 juta ton
8. Irak dengan total volume impor
1,2 juta ton
7. Uni Eropa dengan total volume
impor 1,5 juta ton
6. Saudi Arabia dengan total volume
impor 15 juta ton
5. Indonesia dengan total volume
impor 1,6 juta ton WOW...
4. Iran dengan total volume impor
1,6 juta ton
3. Filiphina dengan total volume
impor 1,8 juta ton
2.Nigeria dengan toyal volume impor
3,0 juta ton
1.China dengan total volume impor
4,7 juta ton
(sumber: Liputan6.com)
Nah sekarang udah tau kan peringkat
berapa Indonesia, terlepas dari itu termasuk membanggakan atau tidak, Faktanya
ketergantugan kita terhadap impor begitu besar lalu pertanyaan yang timbul
adalah Mengapa bisa? Kita punya tanah yang subur dan punya sistem bercocok
tanam yang panjang sejak zaman nenek moyang dulu dan bahkan negara-negara lain
pun banyak yang belajar bercocok tanam dari Indonesia lho..
Lalu mengapa masih bisa kekurangan
beras? Apa petani kita kurang produktif? Nampaknya tidak adil jika selamanya
kita menyalahkan petani, usaha keras mereka yang mungkin selama ini kita tidak
mengetahui bahkan tidak menghargai dengan menyisakan nasi saat makan atau
bahkan membuang-buang makanan. Disisi lain dibelahan dunia yang lain
orang-orang kelaparan dan bahkan mungkin makanan lebih berharga dari pada emas
sekalipun.
Seorang dosen pernah bilang bahwa
kenapa banyak Mahasiswa yang lebih memilih mengambil fakultas yang bersifat
sosial dibandingkan Fakultas yang bersifat teknik atau Pertanian, mungkin ada
benarnya juga petani kita kekurangan sumber ilmu baru tentang bercocok tanam
dan teknik bertani yang modern hingga saat ini masih mengandalkan sistem
tradisional walaupun sekarang sudah banyak petani kita yang berlalih ke sistem
modern semisal jika dahulu untuk membajak sawah dibutuhkan kerbau atau sapi
tetapi sekarang sudah ada mesin bajak yang diberikan oleh pemerintah lebih
efektif dan efisien kan? Jika dulu untuk menumbuk padi masih menggunakan alu
dan butuh proses lama sekarang sudah ada penggiling padi lebih cepat dan
hasilnya pun bagus. Perlahan namun pasti Pahlawan pangan kita sudah mulai
mengikuti perkembangan zaman mantap kan!. Namun itu masih saja belum cukup
untuk bisa memenuhi kebutuhan pangan
nasional butuh suatu metode baru yang dikembangkan dan itu lahir dari generasi
bangsanya sendiri ya Mahasiswa.
Mengapa kita masih saja kekurangan
beras padahal itu merupakan makanan pokok orang Indonesia? Alokasi dana untuk
sektor pertanian dalam APBN terus bertambah termasuk dana desa yang diharapkan
mampu membantu kehidupan petani tapi kenapa petani masih hidup miskin. Di tahun
2015 pemerintah mengalokasikan dana desa sebesar Rp.20,8 Triliyun dan di tahun
ini pemerintah menaikkan dana desa menjadi Rp. 47 Triliyun jadi setiap desa
akan mendapatkan dana sebesar Rp.628,5 juta. BPS mencatat hingga akhir tahun
2014,pendapatan rumah tangga petani atau RTP sebesar Rp.12,41 juta per
tahun,sehingga semakin banyak petani alih profesi terutama menadi supir
angkutan umum. Jumlah RTP pada tahun 2003 tercatat sekitar 26 juta rumah tangga
pada tahun 2014.
(sumber: voaindonesia.com)
Dengan dana begitu besar seharusnya
pemerintah pusat dan daerah bisa untuk menambah kesejahteraan petani dengan
menambah alat-alat yang lebih modern agar lebih efisien serta melakukan kebijakan
ekonomi yang pro petani seperti pengurangan sedikit demi sedikit impor bahkan
garam pun sampai harus impor,kita punya laut luas mengapa engga petani kita
sendiiri yang diberdayakan dengan anggaran sebanyak itu?.
Lalu apa sumbangsih kita untuk
menghargai para Pahlawan pangan di era saat ini,tentu masih ingat kan saat kita
kecil dahulu ibu kita sering bilang “dihabiskan
ya nasinya nak kan kasihan nanti nasi nya nangis” hmm jadi kangen ibu ..
oke balik ke topik sebenernya bukan nasinya yang nangis tetapi itu Cuma kiasan
yang diajarkan ibu kita tentang menghargai nasi, karena ada seseorang yang
berjuang untuk setiap butir nasi yang ada di meja makan kita jadi mulailah menghargai pahlawan pangan kita
dengan tidak membuang-buang makanan.
Yang kedua adalah kita beli beras dari petani lokal soal
kualitas engga kalah saing kok semisal jenis Pandan Wangi,Rojo Lele dll dengan
kita membeli beras dari petani lokal kita juga turut membantu mereka dalam
menjual hasil produksi nya dan juga dari Pemerintah
dengan membeli beras tidak dengan harga murah dari petani dan dapat menerapkan
kebijakan ekonomi yang pro dengan petani lokal sendiri mengurangi anggaran
impor dan menambah anggaran untuk membantu petani lokal dalam produksi
berasnya.
Akhir kata kita negara besar dengan
penduduk terbesar ke 4 kita mampu mandiri di sektor pangan asalkan kita mau
bekerja sama di semua sektor untuk mewujudkannya hingga tidak adanya lagi
Masyarakat Indonesia yang mati karena kelaparan atau karena penyakit gizi
buruk.
Sekian artikel ini mohon maaf
apabila ada kesalahan kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan penulis
kedepannya. Terima kasih Wassalamu’alaikum Wr Wb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar