Sabtu, 07 Mei 2016

Negara Agraris Yang Kekurangan Beras



Assalamu’alaikum Wr Wb udah lama engga nulis hehehe kali ini kita akan bahas masalah pangan di Indonesia so selamat membaca yaaa..
Gemah Ripah Loh Jinawi Toto Tentrem Karto Raharjo pernah engga dengar ungkapan itu ? ya begitulah gambaran keadaan alam Indonesia kita. Gemah ripah loh jinawi berarti (kekayaan alam yang berlimpah) sedangkan  toto tentrem karto raharjo (keadaan yang tenteram)  tapi seakan makna itu telah lama pergi dari Bumi Pertiwi. Masihkan alam kita kaya dan berlimpah seperti dulu jika pun masih ada mungkin bukan milik rakyat Indonesia sepenuhnya bukan? masihkan Indonesia kita aman dan tentram seperti dulu setelah di setiap daerah selalu ada konflik agama,etnis atau bahkan malah para pemudanya sendiri yang menjadi penerus bangsa terlibat tindak kriminal baik itu narkoba,pencurian,pembunuhan dll. Tapi jika membahas alam Indonesia memang tidak akan ada habisnya kekayaan yang begitu melimpah sampai Belanda menguasai kita selama 3.5 abad lamanya,tapi kali ini kita akan mambahas masalah pangan di Indonesia yang mendapat predikat sebagai negara agraris. Tentu kita tidak asing dengan nama beras “Pandan Wangi” beras asal Cianjur ini begitu terkenal karena aroma dan rasanya. Tapi tahukah kamu bahwa negara kita juga termasuk pengimpor beras terbesar why? katanya kita negara agraris tapi kok beras aja masih kekurangan? Kurang produktifkah petani kita sendiri dalam menghasilkan beras atau tanah kita yang memang sudah tidak ada lahan untuk bertani karena begitu pesatnya pembangunan gedung-gedung sampai lahan bertani semakin sedikit?.

Menurut data dari Worldatlas.com,Rabu (27/1/2015),lima negara terbesar pengimpor beras mempengaruhi presentase 30 persen dari total sikulasi perdagangan beras. Sementara negara lain yang masuk peringkat 10 besar mampu mempengaruhi 50 persen dari total impor beras dunia. Penasaran kan peringkat berapa negara kita nih data nya..
10. Malaysia dengan total volume impor 1 juta ton
9. Senegal dengan total volume impor 1,1 juta ton
8. Irak dengan total volume impor 1,2 juta ton
7. Uni Eropa dengan total volume impor 1,5 juta ton
6. Saudi Arabia dengan total volume impor 15 juta ton
5. Indonesia dengan total volume impor 1,6 juta ton WOW...
4. Iran dengan total volume impor 1,6 juta ton
3. Filiphina dengan total volume impor 1,8 juta ton
2.Nigeria dengan toyal volume impor 3,0 juta ton
1.China dengan total volume impor 4,7 juta ton
(sumber: Liputan6.com)
Nah sekarang udah tau kan peringkat berapa Indonesia, terlepas dari itu termasuk membanggakan atau tidak, Faktanya ketergantugan kita terhadap impor begitu besar lalu pertanyaan yang timbul adalah Mengapa bisa? Kita punya tanah yang subur dan punya sistem bercocok tanam yang panjang sejak zaman nenek moyang dulu dan bahkan negara-negara lain pun banyak yang belajar bercocok tanam dari Indonesia lho..
Lalu mengapa masih bisa kekurangan beras? Apa petani kita kurang produktif? Nampaknya tidak adil jika selamanya kita menyalahkan petani, usaha keras mereka yang mungkin selama ini kita tidak mengetahui bahkan tidak menghargai dengan menyisakan nasi saat makan atau bahkan membuang-buang makanan. Disisi lain dibelahan dunia yang lain orang-orang kelaparan dan bahkan mungkin makanan lebih berharga dari pada emas sekalipun.
Seorang dosen pernah bilang bahwa kenapa banyak Mahasiswa yang lebih memilih mengambil fakultas yang bersifat sosial dibandingkan Fakultas yang bersifat teknik atau Pertanian, mungkin ada benarnya juga petani kita kekurangan sumber ilmu baru tentang bercocok tanam dan teknik bertani yang modern hingga saat ini masih mengandalkan sistem tradisional walaupun sekarang sudah banyak petani kita yang berlalih ke sistem modern semisal jika dahulu untuk membajak sawah dibutuhkan kerbau atau sapi tetapi sekarang sudah ada mesin bajak yang diberikan oleh pemerintah lebih efektif dan efisien kan? Jika dulu untuk menumbuk padi masih menggunakan alu dan butuh proses lama sekarang sudah ada penggiling padi lebih cepat dan hasilnya pun bagus. Perlahan namun pasti Pahlawan pangan kita sudah mulai mengikuti perkembangan zaman mantap kan!. Namun itu masih saja belum cukup untuk  bisa memenuhi kebutuhan pangan nasional butuh suatu metode baru yang dikembangkan dan itu lahir dari generasi bangsanya sendiri ya Mahasiswa.
Mengapa kita masih saja kekurangan beras padahal itu merupakan makanan pokok orang Indonesia? Alokasi dana untuk sektor pertanian dalam APBN terus bertambah termasuk dana desa yang diharapkan mampu membantu kehidupan petani tapi kenapa petani masih hidup miskin. Di tahun 2015 pemerintah mengalokasikan dana desa sebesar Rp.20,8 Triliyun dan di tahun ini pemerintah menaikkan dana desa menjadi Rp. 47 Triliyun jadi setiap desa akan mendapatkan dana sebesar Rp.628,5 juta. BPS mencatat hingga akhir tahun 2014,pendapatan rumah tangga petani atau RTP sebesar Rp.12,41 juta per tahun,sehingga semakin banyak petani alih profesi terutama menadi supir angkutan umum. Jumlah RTP pada tahun 2003 tercatat sekitar 26 juta rumah tangga pada tahun 2014.
(sumber: voaindonesia.com)

Dengan dana begitu besar seharusnya pemerintah pusat dan daerah bisa untuk menambah kesejahteraan petani dengan menambah alat-alat yang lebih modern agar lebih efisien serta melakukan kebijakan ekonomi yang pro petani seperti pengurangan sedikit demi sedikit impor bahkan garam pun sampai harus impor,kita punya laut luas mengapa engga petani kita sendiiri yang diberdayakan dengan anggaran sebanyak itu?.
Lalu apa sumbangsih kita untuk menghargai para Pahlawan pangan di era saat ini,tentu masih ingat kan saat kita kecil dahulu ibu kita sering bilang “dihabiskan ya nasinya nak kan kasihan nanti nasi nya nangis” hmm jadi kangen ibu .. oke balik ke topik sebenernya bukan nasinya yang nangis tetapi itu Cuma kiasan yang diajarkan ibu kita tentang menghargai nasi, karena ada seseorang yang berjuang untuk setiap butir nasi yang ada di meja makan kita jadi mulailah menghargai pahlawan pangan kita dengan tidak membuang-buang makanan.
Yang kedua adalah kita beli beras dari petani lokal soal kualitas engga kalah saing kok semisal jenis Pandan Wangi,Rojo Lele dll dengan kita membeli beras dari petani lokal kita juga turut membantu mereka dalam menjual hasil produksi nya dan juga dari Pemerintah dengan membeli beras tidak dengan harga murah dari petani dan dapat menerapkan kebijakan ekonomi yang pro dengan petani lokal sendiri mengurangi anggaran impor dan menambah anggaran untuk membantu petani lokal dalam produksi berasnya.
Akhir kata kita negara besar dengan penduduk terbesar ke 4 kita mampu mandiri di sektor pangan asalkan kita mau bekerja sama di semua sektor untuk mewujudkannya hingga tidak adanya lagi Masyarakat Indonesia yang mati karena kelaparan atau karena penyakit gizi buruk.
Sekian artikel ini mohon maaf apabila ada kesalahan kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan penulis kedepannya. Terima kasih Wassalamu’alaikum Wr Wb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar